BULELENG,LENSABALI.COM – Pada masa pandemi Covid-19 saat ini bukan hanya mengubah gaya hidup salah Satunya dapat mengubah perilaku belanja masyarakat. Transaksi ekonomi kini lebih banyak dilakukan secara online atau digital, mulai dari sistem pemasaran, pengiriman hingga pembayaran.
seperti salah pelaku usaha bidang pembibitan tanaman, Nari. Nari mengaku kondisi Pandemi Covid-19, dirinya kini lebih banyak memasarkan dagangan melalui media sosial. Karena pembatasan untuk menjaga jarak, jarang ada konsumen yang langsung melakukan pembelian ke lokasi pembibitannya.
“Masa Pandemi ini memang mengubah perilaku warga untuk berbelanja. Dulu banyak yang datang ke kebun, sekarang ketika saya posting tanaman di media sosial, konsumen juga sudah bisa langsung pesan dan pembayaran bisa melalui transfer bank atau COD,” kata Nari
Nari mengatakan, ketika sudah “deal” di media sosial, pembayaran dilakukan secara transfer, maka barang baru bisa dikirimkan. Pada era sekarang, sudah jarang adanya transaksi langsung. Pemilik bisnis tanaman seperti Nari bahkan kadang memposting di grup-grup media sosial dan grup whatsapp. “Itu sudah jadi pasar konsumen, peluangnya besar. Tidak susah cuma posting saja, pasti ada saja yang pembeli,” tambahnya.
Di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini, kata Nari, bisnis tanaman justru sedang naik daun karena kehidupan masyarakat kini cenderung berubah. Jika sebelum pandemi covid-19, jarang warga bisa meluangkan waktu untuk berkebun, namun sekarang warga lebih banyak melakukan aktivitas di perkebunan atau taman untuk menghindari kerumunan itu.
Menurutnya, asalkan kedua belah pihak menerapkan protokol kesehatan, maka semua bisa saling menjaga di tengah Pandemi Covid-19 ini. Bukan hanya Nari yang berbisnis tanaman yang merasakan perubahan perilaku masyarakat saat belanja, namun ada pelaku usaha bidang lain seperti kuliner.
Salah satu pelaku usaha kuliner, Made Fendi mengaku dirinya juga melayani pesanan online, namun tetap bisa membuka kedai makan untuk melayani masyarakat yang ingin langsung menikmati ragam menu yang dijual. Secara online, selain bekerja sama dengan jasa pengantaran secara online, dia juga melakukan upaya pemasaran melalui kanal media sosial yang dimilikinya.
“Namun ada juga yang datang langsung makan ke sini, kami tetap terapkan protokol kesehatannya dan siapkan sarana. Saat bayar, kami juga melayani secara digital, melalui aplikasi QRIS,” ujarnya.
Aplikasi QRIS ini hampir rata-rata digunakan antara pembeli dan pelaku usaha di Singaraja. Pembeli hanya melakukan pembayaran secara digital melalui scan barcode lewat aplikasi QRIS yang sudah disiapkan di mobile banking oleh pihak perbankan.