DENPASAR,LENSABALI.COM – Kalau kalian pernah ke Bali,pasti kalian tidak asing dengan adanya nama sesajen. Sejak keluar dari pintu Bandara Internasional Ngurah Rai , kalian bisa melihat sesajen yang di tempatkan di setiap ruangan.Hingga di depan minimarket,sesajen dengan warna dan wangi yang khas masih juga terlihat. Jadi sesajen yang sering terlihat tersebut merupakan “canang sari”.Dibanding dengan sesajen lainnya, “canang Sari ini memiliki ukuran ukuran yang kecil.
Menurut masyarakat yang beragama Hindu , menempatkan Canang Sari bermakna mengucapkan rasa terima kasih kepada tuhan yang maha esa atau Ida Sang Hyang Widhi. Persembahan ini juga berarti berserah diri atas materi dan waktu kepada Yang Maha Kuasa. canang sari terdiri dari daun janur untuk wadah segi empat sebagai simbol kekuatan Ardha Candra atau bulan, dan porosan (isian) berupa pinang, sirih, daun janur, serta kapur sebagai simbol Tridharma Hindu Bali, yakni Dewa Brahma, Dewa Wisnu, serta Dewa Siwa. Kemudian sesajen canang sari juga diisi dengan irisan tebu, pisang, dan kue-kue khas Bali.
Lalu ada sampaian urasari yang berbentuk bulat untuk tempat meletakkan bunga. Bunga yang menjadi bahan canang sari harus segar dan harum, sebagai simbol ketulusan dan kesucian. Tak ketinggalan bunga yang dibentuk rampai, sebagai simbol kebijaksanaan. Pemeluk agama Hindu membuat dan menempatkan canang sari setiap hari. Kalau ditempatkan di pinggir jalan, berarti yang meletakkan berharap orang-orang yang melintas diberikan keselamatan dalam hidupnya.
Banyak yang menyambungkan bahwa eksistensi sesajen dengan hal mistis, misalnya orang dengan sengaja menginjak atau melindas pasti mendapatkan celaka. Perkara benar atau nggak, yang perlu ingat bahwa sesajen di Bali merupakan bentuk doa umat Hindu kepada Tuhannya. Jadi jangan sampai dengan sengaja merusaknya.